Sharing Session Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNIBBA Hadirkan Ibu dan Anak, Mengajarkan Bahasa Inggris Sejak Dini, Inspirasi Mahasiswa Calon Guru

Di era global seperti saat ini menguasai dan paham berbahasa Inggris bisa dikatakan sangat penting, sebagai bahasa komunikasi dan pergaulan internasional. Makanya ada beberapa cara dan metode agar bisa cakap sekaligus memahaminya. Hal itu pun tidak terlepas dari peran orangtua, guru, lingkungan dan faktor lainnya.
Berkenaan dengan itu Universitas Bale Bandung (UNIBBA), melalui Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan (FKIP), Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Inggris melangsungkan kegiatan seminar dalam bentuk sharing session, di kampus UNIBBA, Lantai II, Jalan R.A.A Wiranatakusumah No 7, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jum’at (11/7/2025).
Sharing session ini mengusung tema “Interdiciplinary Sharing Program: Teaching English for Young Learners 2025”, mengupas tentang pentingnya percakapan sehari-hari menggunakan Bahasa Inggris pada anak-anak di rumah.

Menghadirkan narasumber Ibu Asri Yanuarisa, S.I.Kom., Human Resources Generalist PT. Perdana Global Niaga (PeGN), beserta Dirran Rasyid Dimitra Hendako anaknya yang kini duduk di bangku kelas 3 SD. Dalam kesempatan ini Ibu Asri menjelaskan tentang bagaimana menjalin komunikasi yang baik dengan anaknya menggunakan Bahasa Inggris sehari-hari.
“Intinya bagaimana mengajarkan Bahasa Inggris kepada anak sedari dini (dari usia balita). Sampai akhirnya anak tersebut dapat berbicara Bahasa Inggris dengan lancar sebagai bahasa sehari-hari,” ujar Ibu Asri yang merupakan putra kedua Rektor UNIBBA, Dr. Ir. H. Ibrahim Danuwikarsa, M.S., kepada majalahsora.com, usai kegiatan.
Berdasarkan analisanya, ia paham bahwa rintangan terberat dalam menerapkan hal tersebut adalah dari segi teknis. Orang Indonesia kebanyakan kesulitan dalam memahami grammar. Makanya Ibu Asri secara pribadi tidak mengajarkan itu secara spesifik. Mengalir begitu saja dan langsung melakukan praktek berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris dengan anaknya.

Anak saya, tontonan dan bacaan semua berbahasa Inggris. Namun tetap tidak lupa dengan bahasa asli kita yaitu Bahasa Indonesia. Di rumah juga orang dewasanya berbahasa Indonesia. Saat dia mendengar orang dewasa berbicara satu sama lain dengan Bahasa Indonesia juga jadi paham dengan sendirinya kok,” ujar Asri.
Alhasil, anak bisa beradaptasi. Untuk mencapai hasil seperti itu, Ibu Asri pun menggunakan media buku, film dan lainnya yang berbahasa Inggris. Grammar yang benar sudah ada di dalamnya. Apalagi otak anak yang masih seperti sponge, mereka dapat menyerap itu semua dengan baik.
“Saya ingin menekankan kepada mahasiswa di sini yang masih belajar, mereka akan menjadi guru nanti. Bahasa itu harus digunakan. Akan lebih mudah bagi kita untuk semakin bisa dan lancar apabila kita pergunakan. Dan jangan ada rasa takut untuk salah. Karena kalau hanya sekedar teori, tidak akan jadi bisa,” kata Ibu Asri.

Apalagi dengan cara kerja lidah yang berbeda, pelafalan Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia berbeda. Ada lidah yang harus dilatih, mengakibatkan otot-ototnya kaku bila tidak digunakan sebagaimana mestinya.
Ke depan Ibu Asri ingin anaknya memiliki pilihan hidup yang luas, dengan bekal dasar cakap berbahasa Inggris. Maka kuncinya kata Ibu Asri adalah bisa menggunakan bahasa internasional saat ini. Bersosialisasi di negara manapun dan orang manapun (luar negeri) akan lebih mudah ketika menguasai Bahasa Inggris.
Sedangkan Dirran, anak Ibu Asri, mengatakan bahwa belajar Bahasa Inggris itu tidak susah.

“Gara-gara memang sudah tahu dari kecil tapi masih kosakata yang gampang saja, seperti daily conversation. Kadang-kadang bisa yang sulit juga tapi belum lancar,” ujar Dirran cucu dari Rektor UNIBBA, yang bersekolah di Tangerang, Banten.
Dirran pun sering membaca komik dan buku pengetahuan berbahasa Inggris. Di samping itu suka nonton film kartun berbahasa Inggris di platform Netflix. Selama ini ia cukup senang berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris termasuk dengan teman-teman di sekolahnya. Namun ia tetap menggunakan Bahasa Indonesia tatkala teman lainnya yang kurang paham dalam berbahasa Inggris.
Kegiatan sharing session yang dikemas secara kreatif ini disambut positif oleh Bapak Dr. Mumun Mulyana, M.Pd., Dekan FKIP UNIBBA. Karena dasarnya, seminar kata Bapak Dr. Mumun Mulyana,M.Pd yang dilaksanakan pada umumnya dalam bidang pendidikan berbicara tentang substansi konsep cara mengajar.

Sedangkan pada sharing session ini, tidak hanya mengajarkan Bahasa Inggris, melainkan memaparkan tentang model-model pengembangan Bahasa Inggris, model-model pembelajaran Bahasa Inggris dan orangtua paham tentang psikologi perkembangan anak.
“Pada usia berapa anak diajarkan A, B dan sebagainya. Kemudian ini juga adalah pentingnya pengembangan sensor motorik halus. Karena motorik kasar biasanya berkembang lebih cepat. Maka pengembangan sensor motorik halus harus dengan stimulus respon yang bagus. Anak diberi stimulus agar dia memunculkan respon. Dari situ, munculah skill seperti keahlian berbicara, membaca, mengambil makna dan sebagainya. Maka lahirlah literasi yang optimal,” kata Bapak Mumun menjelaskan.
Ia berpendapat bahwa salah satu kelemahan Bangsa Indonesia ada di segi literasi. Hal itu membuat dirinya sangat terkesan terhadap prodi Bahasa Inggris dan berterima kasih kepada narasumber beserta anaknya, yang telah memperlihatkan bahwa kolaborasi yang baik antara orang tua dan sekolah menghasilkan karakter dan sikap yang baik dan bagus dari seorang anak.

Bahkan menurut Bapak Mumun hasil dari pemaparan dari narasumber beserta anaknya merupakan perwujudan dari pendidikan yang sebenarnya, dimana adanya kolaborasi tri pusat pendidikan, yakni antara orang tua, masyarakat dan sekolah. Sehingga literasi tidak akan optimal jika tidak ada kolaborasi kata Bapak Mumun.
Sementara itu Dr. Yayu Sri Rahayu, S.Pd., M.Pd., Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, menyampaikan bahwa kegiatan sharing session bersama mahasiswa jurusan Bahasa Inggris berkaitan erat dengan mata kuliah English For Young Learners di Unibba.
“Saya ingin sharing kepada mahasiswa bahwa pembelajaran bahasa itu, pertama dimulai dari lingkungan rumah atau keluarga. Karena orangtua adalah guru pertama bagi mereka dalam pembelajaran bahasa. Untuk lancar berbahasa Inggris dimulai dari rumah. Narasumber sharing tentang bagaimana kehidupan sehari-hari bersama anaknya hingga si anak di umur kelas 3 SD sudah fasih berbahasa Inggris,” kata Ibu Yayu menjelaskan.

Ibu Dr.Yayu Sri Rahayu, M.Pd., ingin memotivasi para mahasiswanya bahwa lingkungan rumah sangat mendukung seorang anak dalam pembelajaran Bahasa. Dan sebagai calon guru, nantinya para mahasiswa bisa berkolaborasi dengan orang tua, guru dan anak itu sendiri dalam memberikan pembelajaran. Sehingga para mahasiswa tidak hanya menguasai secara teori tentang bidangnya, melainkan memahami sebuah pembelajaran yang harus didukung dari dalam lingkungan rumah, tidak sekedar di ruang kelas.
Kemudian, ini adalah sharing session yang kedua di tahun 2025. Agenda sharing session merupakan agenda yang sering dilaksanakan dengan berbagai tema, sharing session biasanya dilaksanakan di akhir semester. Seperti tentang proposal, penulisan skripsi dan sebagainya.
Lanjutnya kegiatan ini diikuti peserta sekitar 100 orang mahasiswa, yang terdiri dari mahasiswa semester dua, empat (yang memang sedang mengambil mata kuliah English For Young Learners), enam bahkan delapan. Secara keseluruhan hampir semua mahasiswa dari berbagai semester hadir.

“Yang saya highlight bahwa ruang kelas pertama dari si anak adalah rumah. Dan guru pertama bagi si anak adalah orangtua mereka. Jadi ketika orangtua mengajarkan bahasa kepada anak, itu sebetulnya mereka mengajarkan anak untuk mempunyai percaya diri dalam menggunakan bahasa. Mau bahasa apapun, di rumah peranan orang tua sangat menentukan si anak dalam kemampuan berbahasa,” kata Ibu Yayu ketika ditanya kesimpulan daripada sharing session.
Dirinya berharap dapat terus mengundang pakar-pakar atau para ahli atau praktisi yang memang berkompeten di bidangnya dan memiliki pengalaman untuk berbagi kepada para mahasiswa. Serta dapat memotivasi para mahasiswa UNIBBA agar memiliki kepercayaan diri yang lebih untuk menunjukkan kemampuan Bahasa Inggrisnya.

“I just want to motivate them that language learners is actually the way they present. Or if they want to have the ability to communicate in English, they have to practice it. They have to use English language in their daily activity. Not only at the campus or school. Or they can improve their skills by reading some books, watching movies and listening to the music. I hope this sharing session will motivate them to have braveness to speak,” kata Ibu Yayu dalam Bahasa Inggris.
Cindy Fitria, salah satu mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris semester empat, berpendapat bahwa sharing session tersebut overall it is good.
“Sharing session ini berguna banget buat kita mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. Karena di dalamnya membahas Teaching English For Young Learner atau TYL. Menambah wawasan kita yang nantinya akan menjadi tenaga pendidik,” ujar Cindy.
Menurutnya Asri dan Diran sangat luar biasa. Mereka menginspirasi hampir seluruh peserta sharing session. Ia juga mendapat wawasan bahwa Bahasa Inggris memang perlu dipelajari sejak dini. Bahkan perlu diajarkan dari sejak dalam masa kandungan. Sehingga saat menginjak usia kelas tiga SD, sudah fasih berbahasa Inggris.
“Karena berkaitan dengan parenting, yang saya dapat adalah tentang bagusnya bagaimana sih mengajarkan anak menggunakan Bahasa Inggris itu. Contohnya, anak suka berimajinasi. Jadi kita kasih tontonan anak-anak yang berbahasa Inggris. Dan kalau bermain games, juga berbahasa Inggris,” tandasnya.
Sumber: Majalah Sora